1.667, 2 kilometer perjalanan yang akan kami tempuh dan sudah ¾ perjalanan dilalui.
Siang itu kami menghentikan perjalanan di sebuah warung kecil tepat berada di
samping mesjid Jami’ Nurul Ihsan Sungai Kalu . Ini kali kedua saya mengunjungi tempat
itu.
Seperti biasa, segelas teh susu panas yang telah ada di
depan kami menjadi pelepas penat setelah melakukan perjalanan darat selama 5
jam dari kota Padang. Bu Yulisma nama penjual gorengan itu. Usaha yang
dilakukan sejak tahun 1977 itu tidak lebih bagus dari pada toko lain yang ada
disekitarnya. Namun ada suatu hal yang berbeda dan membuat saya harus membawa
sebuah catatan dalam pertemuan dengan beliau kali ini.
Beberapa tahun lalu, ia hidup dengan berhutang kepada
tetangga untuk memulai usaha dan menyekolahkan anaknya. Satu hal yang membuat
saya salut kepada beliau di pertemuan pertama kali saat kami (saya dan wusda)
mengunjungi tempat itu. Ia memiliki 2 orang anak yang kuliah di UNAND Padang
dan IPB. Saya kira anda mungkin akan memberikan tanggapan sama dengan kami saat
beliau menceritakan anaknya. Namun yang membuat kami salut adalah ketika kami
mendengar cerita bahwa kedua anaknya sekolah mendapatkan beasiswa.
Bagaimana bisa ? orang dari daerah yang cukup terpencil
dan jauh dari perkotaan ini bisa mendapatkan beasiswa sedang kami belum pernah
merasakan sekolah dari dana beasiswa. Paling mengesankan lagi, perjalan
beasiswa yang didapatkan dari pasangan Bu Yulisma dan Pak Yulharnis ini mampu
mengantarkan mereka sedang menyelesaikan S2 di German. Anak mereka yang bernama
Yeli Sarpina alumni IPB yang bekerja di BMG saat ini sedang menyelesaikan
pendidikan di German dan dia tidak lebih dari anak seorang penjual gorengan dan
petani di sawah yang bisa mencapai pendidikan yang juga menjadi impian anak
perkotaan.
Ya, sebuah kebahagiaan yang tak terkira pastinya bagi
mereka. Dalam kondisi terpencil, untuk sekolah harus berjalan kaki puluhan
kilometer, mampu membuat anak-anak mereka memiliki impian besar dalam menjemput
kesuksesan. Perjalanan kedua ini tetap mengingatkan kami akan perjuangan
mencapai impian.
Tidak ada kesuksesan yang dicapai tanpa sebuah
pengorbanan. Orang-orang yang telah mantap dalam menetapkan impian, akan
mencari sejuta alasan dan melakukan apa saja demi mencapai impiannya. Itu yang
kami pelajari dari anak-anak mereka dan perjuangan mereka sebagai orang tua.
So, sobat pembaca. Bagaimana dengan impian kita ? sudah
sekuat apakah impian yang kita punya ? sudah siapkah kita berjalan puluhan
kilometer untuk menjemput impian kita yang mungkin baru terwujud 5-10 tahun
kedepan ?